December 8, 2025

UpdateCepat

Informasi Terbaru, Akurat, dan Eksklusif

Bahlil Klaim Pemulihan Listrik 97%, Warga Aceh Besar: “Lampu di Rumah Saya Belum Menyala”

updatecepat.web.id Pemerintah menyampaikan bahwa sistem kelistrikan di Aceh sudah kembali pulih hampir menyeluruh. Berdasarkan pernyataan resmi, pemulihan diklaim sudah mencapai angka 97 persen.
Angka itu dimaksudkan untuk menunjukkan optimisme bahwa warga segera kembali menikmati listrik sebagai kebutuhan dasar sehari-hari.

Namun, klaim besar tersebut langsung memancing perhatian publik. Banyak yang berharap bahwa pernyataan itu benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan. Harapan akan normalnya aktivitas warga menggantung pada angka tersebut.


Keluhan Warga: “Listrik di Rumah Kami Masih Padam”

Bagi sebagian warga Aceh Besar, klaim itu justru terasa seperti candaan pahit.
Reza Munawir, seorang ayah dua anak yang bekerja dari rumah, menyebut bahwa aliran listrik di rumahnya belum menyala sama sekali. Sudah hampir dua minggu ia harus meninggalkan rumah tiap hari hanya untuk mengisi daya perangkat kerja di warung kopi.

Ia mengungkapkan rasa kesal dan lelah. Anak-anaknya terpaksa belajar dalam kondisi minim cahaya. Sejumlah usaha kecil tak bisa berjalan karena peralatan tak dapat dioperasikan. Kondisi rumah gelap gulita memaksa keluarga menyalakan lilin, menghemat baterai, dan terus cemas kapan pemadaman selesai.

Warga lain pun menyampaikan keluhan yang sama:
angka 97 persen belum berarti apa-apa jika rumah sendiri masih gelap.


Dampak Sosial yang Luas

Listrik merupakan urat nadi kehidupan modern. Tanpa listrik, masalah merambat ke berbagai aspek:

  • Air bersih sulit diperoleh karena pompa tak berfungsi
  • Akses internet dan komunikasi terputus
  • Usaha kecil terhenti sepenuhnya
  • Keamanan lingkungan menurun di malam hari
  • Kualitas makanan di kulkas rusak karena tidak bisa disimpan

Situasi ini menunjukkan bahwa padam listrik bukan sekadar soal lampu gelap, melainkan hilangnya akses terhadap kebutuhan dasar masyarakat.


Data Statistik vs Kenyataan Lapangan

Pakar kelistrikan menyebut bahwa angka persentase pemulihan sering dihitung berdasarkan luas jaringan utama, bukan kondisi akhir tiap rumah. Artinya, ketika jaringan utama sudah tersambung kembali, daerah tersebut dianggap “pulih”.

Padahal di ujung jaringan, banyak rumah yang masih mengalami gangguan. Kabel yang putus, tiang yang roboh, gardu yang belum beroperasi, dan medan yang sulit dijangkau menyebabkan perbaikan di sejumlah titik memerlukan waktu lebih lama.

Inilah celah besar antara data angka dan realita masyarakat.


Tantangan Pemulihan Infrastruktur

Banjir dan longsor sebelumnya merusak banyak titik transmisi.
Medan perbaikan tidak mudah — sebagian akses jalan tertutup lumpur, alat berat sulit dibawa, dan beberapa lokasi hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki cukup jauh.

Tim teknis harus memastikan perbaikan dilakukan dengan aman. Jika tergesa tanpa perhitungan matang, kerusakan bisa berulang atau malah membahayakan pekerja.

Karena itu sebagian titik baru bisa diperbaiki setelah area lain lebih mendesak telah ditangani terlebih dahulu.


Ketimpangan Pemulihan Menjadi Sorotan

Masyarakat menuntut pemerataan. Mereka berharap pemulihan tidak hanya difokuskan pada titik yang dekat dengan kota besar atau pusat pemerintahan.
Daerah yang jaraknya lebih jauh dari kota justru menjadi yang paling membutuhkan perhatian.

Jika klaim pemulihan sudah tinggi, maka semua warga berhak mendapatkan pelayanan yang sama. Bukan hanya angka yang terlihat bagus di laporan, tapi nyala lampu yang benar-benar menerangi rumah.


Usulan Warga: Transparansi dan Prioritas Baru

Beberapa warga menilai pemerintah perlu:

  • Menyampaikan data pemulihan lebih detail per wilayah kecil
  • Membentuk posko pelaporan padam listrik per kecamatan
  • Memprioritaskan daerah yang masih gelap total
  • Memberikan dukungan sementara seperti genset komunal
  • Menyediakan air bersih secara darurat

Dengan cara ini, warga yang terdampak berat tidak merasa “disembunyikan” oleh angka statistik.


Harapan: Lampu Benar-Benar Menyala

Masyarakat tidak menuntut hal berlebihan. Mereka hanya ingin kembali menjalani aktivitas normal: bekerja tanpa harus mencari colokan di luar rumah, anak sekolah dengan cahaya cukup, dan dapur bisa beroperasi penuh.

Pemulihan listrik seharusnya menghadirkan rasa lega, bukan rasa jengkel karena angka yang diucapkan tak sesuai kenyataan. Klaim besar harus dibuktikan dengan kenyataan di setiap rumah yang tertutup gelap.


Penutup

Bencana memang datang tanpa permisi. Namun, pemulihan harus datang dengan solusi yang terasa oleh semua orang.
Selama masih ada rumah yang gelap, angka persentase belum berarti pemulihan yang sesungguhnya.

Warga Aceh Besar dan wilayah lainnya menunggu satu hal sederhana namun sangat penting:
lampu menyala di rumah sendiri.

Cek Juga Artikel Dari Platform hotviralnews.web.id